Somatotropin atau growth hormone (GH=hormone pertumbuhan) merupakan pengatur utama pada pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat dipengaruhi hormon ini. GH mempunyai circadian variation dimana aktifitasnya meningkat pada malam hari pada waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik, perubahan kadar gula dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995).
Hormon Pertumbuhan adalah suatu polipeptida yang terdiri dari 191 asam amino, dihasilkan oleh kelenjar pituitaria sebagai respon terhadap sekresi growth hormone-releasing hormone (GH-RH). Hormon ini disekresi selama masa anak-anak. Pada awal masa pubertas, produksi meningkat dan pola sekresinya berubah sedemikian rupa sehingga dipacu oleh tidur dan diproduksi secara pulsatil.
Hormon pertumbuhan mempengaruhi pertumbuhan somatic dengan menstimulasi produksi somatomedin-C (insulin-like growth factor-1=IGF-1) oleh hati. Efek ini dipengaruhi status gizi anak (misalnya pada anoreksia nervosa atau inflammatory bowel disease pubertas terlambat dan produksi somatomedin-C rendah) dan hormone-hormon lain seperti tiroksin dan testosterone. Dengan berlanjutnya masa pubertas, kadar somatomedin-C meningkat.
Hormon pertumbuhan (GH=growth hormone), juga dinamakan somatotropic hormone (SH) atau somatotropin, merupakan molekul protein kecil cyang mengandung 191 asam amino dalam satu rantai dan mempunyai berat molekul 22.005. Ia menyebabkan pertumbuhan semua jaringan tubuh yang mampu tumbuh. Ia meningkatkan penambahan ukuran sel dan meningkatkan mitosis bersama peningkatan jumlah sel. Terdapat penelitian pada dua tikus yang sedang tumbuh, salah satu diantaranya setiap hari mendapat suntikan hormone pertumbuhan, dibandingkan dengan turunan yang sama yang tidak mendapat hormone pertumbuhan (Guyton, 1990).
Menurut Guyton (1990), hormon pertumbuhan diketahui mempunyai efek dasar pada proses-proses metabolisme tubuh sebagai berikut :
1. Meningkatkan kecepatan sintesis protein dalam semua sel tubuh.
2. Menurunkan kecepatan penggunaan karbohidrat di seluruh tubuh
3. Meningkatkan mobilisasi lemak dan penggunaan lemak untuk energy.
Jadi sebenarnya hormone pertumbuhan menambah protein tubuh, menghemat karbohidrat dan menggunakan cadangan lemak. Mungkin bahwa peningkatan kecepatan pertumbuhan terutama akibat peningkatan kecepatan sintesis protein.
Selama bertahun-tahun telah diakui bahwa hormone pertumbuhan terutama disekresi selama masa pertumbuhan tetapi kemudian menghilang dari darah pada waktu pubertas. Akan tetapi, telah terbukti bahwa hal ini jauh dari benar, karena setelah pubertas, sekresi terus berlangsung dengan kecepatan sebesar atau hamper sama besar seperti kecepatan waktu anak-anak. Selanjutnya, kecepatan sekresi hormone pertumbuhan meningkat dan menurun dalam beberapa menit dalam hubungannya dengan keadaan gizi atau stress seseorang, seperti selama kelaparan, hipoglikemia, gerak badan, kegelisahan, dan trauma (Guyton, 1990).
Anak yang manderitas kekurangan hormon ini tumbuh normal sampai tahun pertama. Setelah tahun pertama, laju pertumbuhannya mulai lamban dibandingkan anak sebayanya. Pertumbuhan tulang dan gigi terganggu pula. Memasuki masa akil balik, tanda-tanda kelamin sekunder, seperti tumbuhnya payudara, bulu ketiak dan bulu kemaluan tidak terjadi. Dan setelah mencapai usia dewasa , penderita kelihatan lebih tua, namun belum matang. Anak kerdil, selain disebabkan oleh kekurangan hormon gondok, juga disebabkan kekurangan hormon kelamin.
Pemeriksaan Hormon Pertumbuhan
Untuk memastikan adanya gejala defisiensi hormon pertumbuhan dapat dilakukan penentuan kadar hormon pertumbuhan, yang juga dikenal sebagai somatotropin. Tetapi, karena sekresi hormone pertumbuhan berfluktuasi, maka lebih tepat bila digunakan pemeriksaan IGF-1 (Insulin- Like Growth Factor-1) yang distimulasi oleh hormon pertumbuhan.