Minggu, 02 November 2008

STATUS GIZI

Status Gizi

Menurut Robinson dan Weighley (1984) yang dikutip oleh Paryanto (1996) mengatakan bahwa status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Almatsier (2000) mengatakan bahwa pengertian status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Supariasa, Bakri dan Fajar (2001) mengatakan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Menurut Almatsier (2001) secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Pengertian gizi lebih luas adalah gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.

Menurut Paryanto (1996) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi status gizi adalah faktor langsung seperti asupan makan dan penyakit infeksi. Latar belakang terjadinya faktor tersebut adalah ekonomi keluarga, produksi pangan, kondisi perumahan, ketidaktahuan dan pelayanan kesehatan yang kurang baik.

Pemantauan status Gizi Secara Antropometri

Menurut Paryanto (1996) mengatakan bahwa antropometri berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan metri atau meter yang berarti mengukur. Jadi antropometri adalah melakukan pengukuran pada manusia untuk mengetahui status gizinya. Cara antropometri adalah merupakan cara pengukuran yang murah dan mudah dilaksanakan tetapi harus sesuai dengan syarat tersedianya alat ukur yang baik dan dengan cara pengukuran yang benar.

Menurut Supariasa, Bakri dan Fajar (2001) mengatakan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Ukuran tubuh seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Depkes RI (2000) mengatakan bahwa untuk pemantauan status gizi standar penentuan yang digunakan direkomendasikan baku antropometri yang digunakan di Indonesia adalah baku World Health Organization-National Center for Health Statistics.

Klasifikasi indek untuk penentuan status gizi yang digunakan adalah seperti pada tabel berikut ini.

Klasifikasi Status Gizi menurut WHO-NCHS

INDEK

STATUS GIZI

KETERANGAN

Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

³ 2 SD

-2 sampai + 2 SD

<>

< -3 SD

Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Normal

Pendek (Stunted)

-2 sampai + 2 SD

< -2 SD

Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Gemuk

Normal

Kurus (Wasted)

Sangat kurus

³ 2 SD

-2 sampai +2 SD

< -2 sampai –3 SD

< -3 SD

Sumber : Surat Edaran Depkes RI, (2000).

Menurut Soekirman (2000) mengatakann bahwa interpretasi dari keadaan gizi anak dengan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB yang digunakan pada survei khusus, menjadikan kesimpulan bisa lebih tajam. Kesimpulan dari penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Pengertian Indikator Status Gizi

INDIKATOR

KESIMPULAN

BB/U

TB/U

BB/TB

Rendah

Rendah

Normal

Keadaan gizi anak saat ini baik, tetapi anak tersebut mengalami masalah kronis. BB anak proporsional dengan TB.

Normal

Rendah

Lebih

Anak mengalami masalah gizi kronis dan pada saat ini anak menderita kegemukan (Overweight) karena BB lebih dari proporsional terhadap TB

Rendah

Rendah

Rendah

Anak mengalami kurang gizi berat dan kronis. Artinya pada saat ini keadaan gizi anak tidak baik dan riwayat masa lalunya juga tidak baik.

Normal

Normal

Normal

Keadaan gizi anak baik pada saat ini dan masa lalu.

Rendah

Normal

Rendah

Anak mengalami kurang gizi yang berat (kurus).

Normal

Normal

Rendah

Keadaan gizi anak secara umum baik tetapi berat badannya kurang proporsional terhadap TB-nya karena tubuh anak jangkung.

Sumber : Soekirman, (2000)

Indikator Status Gizi

Menurut Supariasa, Bakri dan Fajar (2001) mengatakan bahwa untuk pengukuran status gizi dengan indikator berat badan terhadap umur merupakan salah satu indeks antropometri yang memberikan gambaran massa tubuh seseorang. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak seperti terkena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

Menurut Paryanto (1996) mengatakan bahwa indikator berat badan sering digunakan untuk menentukan status gizi karena caranya mudah, sehingga dapat dikerjakan oleh orang tua atau anak, tidak harus oleh tenaga kesehatan. Pengukuran berat badan yang dilakukan berulang-ulang dapat menggambarkan pertumbuhan anak. Alat yang digunakan tidak selalu mudah karena harus memenuhi syarat, kokoh, kuat murah mudah dibawa.

Menurut Supariasa, Bakri dan Fajar, (2001) mengatakan bahwa dalam keadaan normal dan keadaan kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti bertambahnya umur. Dalam keadaan abnormal ada dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini menurut umur dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengukur status gizi saat ini.

Menurut Soekirman (2000) selain itu indikator status gizi yang sering juga digunakan yaitu indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/TB adalah merupakan indikator yang terbaik digunakan untuk menggambarkan status gizi saat kini jika umur yang akurat sulit diperoleh.

Tidak ada komentar: